Masyarakat Parbutaran sudah cukup sabar. Semenjak 5 tahun terakhir jalan yang dari
Simpang Rihninggol menuju Desa Parbutaran rusak parah. Padahal jarak tempuh dari Simpang Rihninggol menuju Desa Parbutaran hanya 4 KM. Adil kah pembangunan yang dibuat oleh pemangku kebijakan yang ada di Kabupaten Simalungun? Atau meratakah pembangunan yang dibuat oleh pemangku kebijakan yang ada di Pemerintahan Kabupaten Simalungun?
Sampai hari ini masyarakat Parbutaran cukup sabar. Dan sadar bahwa jalan rusak bukan merupakan sebuah hambatan untuk berkarya dan halangan untuk mencari nafkah demi kebutuhan hidup. Masyarakat Parbutaran tidak cengeng dan pasrah terhadap keadaan.
Padahal hampir seluruh fisik jalan berlubang dengan bebatuan besar berserakan di jalan. Apabila dilewati pakai kendaraan roda dua serasa berjoget diatas sepeda motor. Mana garam dan terang. Kenapa terang tidak sampai sinar nya ke
desa Parbutaran. Begitu juga dengan garam nya. Masyarakat Parbutaran tidak ikut menikmati rasa garam dari pemangku kebijakan yang ada di
Kabupaten Simalungun.
Entah lah entah sampai kapan masyarakat Parbutaran dihadapkan kepada jalan rusak, berlubang dan penuh batu berserakan. Dan kami masyarakat Parbutaran hanya bisa menulis pada lembaran putih catatan harian kami. Hanya itu yang bisa kami buat.
Dan kami pun masyarakat Parbutaran tidak banyak berharap agar jalan tersebut segera diperbaiki. Biarlah kami nikmati keadaan jalan rusak tersebut dan merupakan bagian dari hidup kami.
Aku suka menulis. Aku senang melakukannya. Bagiku, menulis adalah berbagi. Berbagi cerita suka, duka, bahagia, derita, semangat bahkan segala rasa bisa dibagi pada orang lain lewat tulisan, juga berbagi ide dan pikiran.
0 komentar :
Posting Komentar